IndonesiaDiscover –
![Program Equibility Pamerkan Kaki Palsu Hasil Mesin 3D, Bantu Tuna Daksa Agar Produktif](https://indonesiadiscover.com/wp-content/uploads/2024/06/5815424714e1194389af332d53b9d345.jpeg)
Program Equibility: Equity for Disability Through Innovation diluncurkan di Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta Barat pada Jumat (31/5). Program ini menampilkan Workshop Terobosan 3D Scan & 3D Print Prostesis, dan Talk Show Inovasi dalam Transformasi Positif Menuju Perusahaan Inklusi, serta bazar UMKM, termasuk yang dikelola para disabilitas.
Program Equibility merupakan hasil kolaborasi Evolusi 3D, Bhinneka Prostetik, Tutur Daya, Junior Chamber Internasional (JCI), Universitas Mercu Buana, dan Asosiasi Penerap Printer Tri Dimensi Indonesia (PRINTRIDI). Program ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-10 yaitu mengurangi Kesenjangan Intra dan Antar Negara.
Menurut 2024 Local President JCI Jakarta Satria Ramadhan, program Equibility sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-10 yaitu Mengurangi Kesenjangan Intra dan Antar Negara.Turut hadir dalam acara ini Direktur Bina Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri (PTKDN) Kementerian Ketenagakerjaan Siti Kustiati, serta Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND) Rachmita Maun Harahap.
Baca juga : Fashion Designer Eni Joe Bangga Penyandang Disabilitas bisa Tampil Modis Lewat Karyanya
Sekjen PRINTRIDI Wisnu Arya Permadi memaparkan kesetaraan di dunia kerja dan bisnis kini didukung teknologi 3D Printing. “Pada prinsipnya Get Connect, Create Synergy and Be Inspired dengan teknologi 3D printer dapat menciptakan karya inovatif untuk orang berkebutuhan khusus. Hal Ini sudah umum di luar negeri. Banyak orang yang masih mengira bahwa produk 3D sebatas prototipe, faktanya saat ini sudah mulai bermunculan produk 3D print mulai dari mainan, komponen mesin, fesyen hingga alat-alat kesehatan termasuk soket tangan dan kaki palsu untuk kaum disabilitas tuna daksa,” kata Wisnu.
Pada acara ini juga diselenggarakan pembuatan kaki prostesis yang terjangkau, presisi dan profesional menggunakan alat cetak 3D yang kemudian diberikan secara gratis kepada tuna daksa usia produktif yang terpilih dan hadir.
Ketua Umum Asosiasi PRINTRIDI Eric Rudolf Thedjasurya menyatakan teknologi pindai dan cetak 3D mempercepat inovasi teknologi dengan menghasilkan produk yang aman, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Baca juga : Cerebral Palsy Tak Halangi Nikita Lulus dari UGM
Pemilik Bhinneka Prostetik Joko Suliyarto menyatakan kaki palsu sangat dibutuhkan para tuna daksa agar mandiri dan produktif. “Namun yang paling awal adalah penerimaan diri atas kondisi fisik, baru kemudian percaya diri menghadapi masa depan. Teknologi mendukung proses itu karena lebih cepat dalam proses pengukuran hingga produksi. Hasilnya pun presisi, sehingga masih banyak potensi penggunaan teknologi ini untuk pembuatan aksesoris prostesis lainnya,” ujar Joko.
Joko juga menjelaskan tentang profesi ortosis prostesis profesional. “Di masyarakat ada tukang atau bengkel pembuatan tangan atau kaki palsu, banyak teman-teman tuna daksa yang menerima bantuan CSR berupa kaki palsu produksi mereka. Tapi, apakah kaki palsu tersebut benar-benar dapat dipakai agar bisa kembali produktif? Tentunya yang dibutuhkan adalah bukan hanya untuk penampilan atau estetika, namun fungsional,” kata Joko.
Joko menjelaskan, tangan dan kaki prostesis yang dihasilkan para profesional di bidang ini akan mendukung sistem gerak, misalnya pergelangan atau jari-jari bisa menggunakan sistem listrik yang tahan air dan dilengkapi sensor.
Baca juga : KemenPPPA Dorong Aparat Penegak Hukum Usut Kasus Perempuan Penyandang Disabilitas Korban Kekerasan Seksual
“Diperlukan inovasi untuk membantu disabilitas serta pemahaman masyarakat cara dapat hidup selaras bersama disabilitas.” (X-8)