Setiap orang akan menemui rasa amarah dan kecewa, itu terjadi bisa saja dilatar belakangi oleh ego yang tinggi, atau bisa juga karena rasa kasih sayangnya. Dalam pandangan mata kedua sikap itu terlihat sama. Keduanya akan terlihat berbeda dalam tiap-tiap penjelasannya.
Lalu perasaan dan hati dalam perjalanannya ikut tergerak menyikapi apa yang sedang terjadi, sebuah pertanda bahwa seseorang harus mengambil sikap atas situasi tersebut.
Tapi ketika rasa amarah menyelimuti, perasaan tak memberikan sinyal apapun, demikian juga dengan pikiran yang landai-landai saja, itu sebagai pertanda bahwa amarah yang datang hanyalah bagian dari sebuah expresi kekecewaan kasih sayangnya.
Merenung dalam sebuah tekanan menjadi sangat penting untuk berada di situasi tersebut. Akan tetapi jika dalam perenungan itu egosentrisme yang menguasai perasaan dan pikiran seseorang, maka akan terjadi pembacaan yang selalu cenderung minor dalam melihat persoalan tersebut, jika itu yang terlakukan, bisa dipastikan akan muncul kebijakan yang ekstrem. Bisa berupa kebencian atau ungkapan dengan nada yang sangat kasar.
Kebijaksanaan, pe-maaf-an, melihat kebaikan-kebaikan akan membawa pikiran pada rumusan yang sehat dalam melihat persoalan berikut dalam pengambilan keputusannya.
Setiap individu pasti akan menghadapi suatu persoalan dengan orang lingkungan luar rumah ataupun lingkungan di dalam rumah. Persoalan itu bisa sangat beragam dan bermacam-macam bentuknya. Akan tetapi tidak semua persoalan itu bisa dibaca sebagai hambatan atas suatu keinginan keidealan yang ada dalam pikirannya.
Terkadang dan tak jarang pula seseorang harus membaca persoalan yang datang sebagai cobaan atas apa yang telah diniatkan. Jika kita membaca dari sisi itu, maka kita akan menghadapi persoalan tersebut dengan lebih tenang, karena sejak awal kita sudah sadar bahwa hal itu terjadi untuk merobohkan niatan yang sudah kita ikrarkan.
Terkadang persoalan juga harus kita baca sebagai bagian dari proses pertanggung jawaban kita atas realitas kehidupan sosial kita dalam struktur berkeluarga atau berinteraksi sosial. Umpamanya tanggung jawab kita menjaga orang tua yang telah melahirkan dan merawat kita dengan sangat susah payah. Jika kesadaran ini yang kita pakai, maka persoalan internal itu akan disampaikan dengan keikhlasan dan akan menjadi contoh baik ke depannya bagi anak dan cucu nantinya.
Akan tetapi jika semua persoalan itu kita baca dari sisi keidealan dalam pikiran dan egosentrisme. Maka semua yang terjadi itu akan kita anggap sebagai ke-bencana-an pada kehidupan. Sehingga kitapun akan melakukan hal-hal yang tak semestinya dilakukan atau berperilaku minor dan akan menjadi contoh buruk bagi anak dan cucu.
Sehingga bisa dipastikan kehidupan kedepannya akan menjadi semakin sulit untuk bisa mendapatkan ketenangan.
Dari semua perspektif itu, maka seseorang akan memilih jalan yang mana dalam melihat persoalan dan ketika merumuskan solusinya ?
Masing-masing akan menghadirkan konsekuensinya sendiri-sendiri dan akan mempengaruhi perjalanan hati, jiwa dan pikiran, baik saat ini ataupun ke masa depannya
Karya : Nashir Ngeblues