IndonesiaDiscover.com – Perekonomian Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan yang tidak terduga dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika.
Rupiah, yang sebelumnya diharapkan akan mengalami pelonggaran moneter, kini justru mengalami penurunan nilai yang signifikan. Situasi ini mendorong Bank Indonesia untuk mempertimbangkan perubahan kebijakan.
Hal ini terjadi karena adanya prediksi bahwa Federal Reserve AS akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengendalikan ekonomi yang berkembang pesat.
Dilansir dari laman Reuters, Kamis (18/4), penurunan nilai rupiah ini telah menembus angka 16.000 rupiah per dolar Amerika, dengan penurunan sebesar 5,25 persen sepanjang tahun ini.
Penurunan yang tajam ini memicu analis pasar untuk berspekulasi bahwa Bank Indonesia mungkin akan menaikkan suku bunga guna menstabilkan mata uang.
Bank Indonesia memiliki posisi yang unik sebagai bank sentral satu-satunya di dunia yang memiliki mandat utama menjaga stabilitas mata uang.
Sampai saat ini, Bank Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu bank sentral pertama di Asia yang memulai pemangkasan suku bunga.
Namun, dengan adanya rapat kebijakan yang dijadwalkan pada 23 April, tampaknya ada perubahan arah kebijakan. Kenaikan suku bunga, yang akan menjadi yang pertama sejak bulan Oktober, kini sedang dipertimbangkan.
Meskipun inflasi masih terkendali, dan ada kekhawatiran terhadap pertumbuhan, kenaikan suku bunga dapat meningkatkan daya tarik imbal hasil yang selama ini menarik minat investor terhadap rupiah, meskipun hal ini juga ikut andil dalam fluktuasi yang sering terjadi.
Pesona rupiah sebagai mata uang yang menguntungkan dalam carry-trade kini meredup karena volatilitasnya dan margin keuntungan yang tipis dibandingkan dengan pasar dolar.
Selisih antara obligasi pemerintah AS dengan durasi 10 tahun dan obligasi pemerintah Indonesia, yang pernah mencapai 7,5 persentase poin, kini hanya tinggal dua poin.