Politik Santri di Kediri Diduga Meninggal Karena Dikeroyok, Sahroni Minta Pesantren Kooperatif Dalam...

Santri di Kediri Diduga Meninggal Karena Dikeroyok, Sahroni Minta Pesantren Kooperatif Dalam Proses Penyidikan

13
0

 

IndonesiaDiscover.com – Seorang santri Pondok Pesantren PPTQ Al Hanifiyyah di Mojo, Kediri, Jawa Timur berinisial BBM (14) meninggal dunia karena diduga dianiaya oleh rekannya. Santri asal Kampung Anyar, Banyuwangi ini dipulangkan kepada keluarganya dalam keadaan tak bernyawa dan tubuhnya penuh lebam serta luka robek. 

Mulanya, pihak pesantren menyebut korban meninggal akibat terjatuh di kamar mandi. Namun setelah diusut, kini Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji, Senin (26/2), menyebut pihaknya telah mengamankan 4 orang tersangka.

Kasus kekerasan ini pun lantas mendapat perhatian serius dari Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. Legislator asal Tanjung Priok ini mengaku kecewa dan geram mendengar kejadian yang terjadi. Dirinya menilai, lembaga pendidikan seharusnya lebih membuka mata.

“Lagi dan lagi, kekerasan di lingkungan pendidikan terjadi. Ini juga sangat miris karena korban sampai tewas di pesantren, yang harusnya bisa menjadi garda terdepan dalam mencegah kejadian seperti ini. Apalagi pesantren itu artinya korban tidak bisa pulang seenaknya. Dia 24 jam ada di pesantren, jadi sudah tanggung jawab penuh pesantren untuk bisa melindungi santrinya dari pembully-an apalagi pembunuhan” ujar Sahroni dalam keterangannya hari ini (27/2).

Sahroni juga menuturkan, kejadian penganiayaan hingga menyebabkan kematian biasanya dimulai dari aksi bullying yang dibiarkan. Oleh karenanya, menjadikan sekolah dan pesantren sebagai ruang yang aman merupakan tanggung jawab para pihak di lingkungan tersebut.

“Yang begini ini kan biasanya dimulai dari aksi bullying yang dilakukan berkali-kali, baru akhirnya berujung penganiayaan. Masa iya korban tidak pernah mengeluh? Atau para pengajar tidak bisa melihat tanda-tanda itu? Para ustaz dan pengurus ponpes kemana? Saya dengar juga jasad korban sempat tidak boleh dibuka. Ini kan sangat mencurigakan. Karenanya saya desak pihak pesantren harus transparan, bantu polisi dalam melakukan penyelidikan dan jangan ada yang disembunyikan” tambah Sahroni.

Lebih lanjut, Sahroni juga meminta agar para pelaku segera mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum.

“Pesantren wajib membuka pintu seluas-luasnya untuk polisi melakukan pemeriksaan, jangan lindungi pelaku, dan para pelaku ini juga wajib dihukum setimpal,” pungkas Sahroni.

 

Tinggalkan Balasan