IndonesiaDiscover.com – Peringatan Hari Lahir ke – 101 NU dilaksanakan di Gedung Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta yang baru diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo, Rabu, (31/01).
Dalam momentum peringatan Harlah NU ke-101 Tahun ini, Presiden Joko Widodo menyampaikan, NU memiliki peran besar dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kontribusi Nahdlatul Ulama dalam menjaga keutuhan bangsa, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika sangat luar biasa. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih. Selamat harlah yang ke-101 (tahun) kepada seluruh keluarga besar NU dan terima kasih atas komitmen NU dalam menjaga keutuhan NKRI,” ujar Jokowi.
“UNU Yogyakarta harus menjadi lokomotif kemajuan pendidikan bagi NU. Universitas besar lain di luar negeri belum memiliki studi mengenai ini, sekolah pascasarjana yang fokus untuk masa depan. UNU Yogyakarta sudah punya,” tutur Jokowi.
Ungkapan Jokowi tersebut disambut tepukan tangan ratusan tamu yang hadir di Aula Gedung Kampus UNU Yogyakarta.
Sejalan dengan Presiden RI, Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) RI, Prof. Yudian Wahyudi, menyambut baik peresmian UNU Yogyakarta pada momentum Hari Lahir NU Ke-101 Tahun ini.
Ia menuturkan, keberadaan UNU Yogyakarta yang sebelumnya sebuah keniscayaan, kini terimplementasi dan menjadi titik tolok kemajuan NU dalam dunia akademik.
Tetapi, lanjut Yudian, hal itu terpatahkan ketika UNU berdiri pada tahun 2017.
“Sekarang teori saya semakin tenggelam ketika NU memasuki ruang-ruang digital yang di situ saya katakan NU secara kelembagaan tidak punya basisnya”, tutur Prof. Yudian.
Santri lulusan Harvard Law School itu menerangkan, sejarah Islam yang sempat mundur karena hilangnya generasi penerus yang menguasai ilmu-ilmu terapan. Dirinya melihat, adanya UNU Yogyakarta menjadi harapan yang sangat menjanjikan. Selain itu, Yudian berpendapat, UNU Yogyakarta merupakan kemajuan NU yang diproyeksi 50 tahun mendatang, namun sudah nampak hari ini.
“Islam mundur itu dulu, karena membuang ilmu-ilmu terapan (kimia, biologi, fisika, kedokteran). Sekarang menyatu menjadi future studies yang bukan sekadar social scienties, tapi sudah memasuki dunia digital. Ini yang dikatakan oleh PBNU tadi, lompatan 50 tahun itu tidak salah karena saya mengikuti kajiannya”, ungkapnya.