
Asu Buntung
(Di bawah bulan tua kaukah yang melolong sepanjang malam?)
pada sejarah semua memang harus pasrah.
kefanaan yang merayap, bergelantungan,
hidup yang lebih kejam dari seribu kematian,
di jejak cakar lakon membeku dalam sejuta ngilu,
menafsir kutukan dan takdir yang tinggal misteri.
bersama ingatan-ingatan kecut serupa pecut
aku si terkutuk dengan jiwa nelangsa
maut yang akan mengecup mesra
menunjuk arah jalan pulang
rumpil dan basah,
berakhir pada tanah
atau suwir-suwir kecil