Satu dari ratusan pemuda yang datang, bernama Yoga Pramono, membacakan puisi bertema ‘Peringatan’ karya Wiji Thukul di hadapan Ganjar Pranowo.
“Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan, dituduh subversive dan mengganggu keamanan, maka hanya ada satu kata: lawan!,” ungkap Carlos.
Begitulah penggalan puisi yang menjadi amunisi rakyat dalam melawan rezim Orde Baru (Orba), saat itu. Kini, puisi itu kembali dilantangkan anak muda Jepara, yakni Yoga Pramono atau akrab disapa Jo Carlos. Aksi itu mengundang tepuk tangan dari para hadirin, termasuk Ganjar.
“Saya senang Pak Ganjar ngomong soal pelanggaran HAM berat saat debat kemarin. Itu harus dituntaskan,” ujar Carlos.
Di akhir penampilannya, Carlos mengajak semua yang ada dalam forum itu untuk meneriakkan perlawanan.
“Hitungan ketiga nanti teriak lawan. Satu, dua, tiga, lawan!” serunya disambut teriakan ratusan anak muda.
Sementara itu, Ganjar mengaku selalu ada ide menarik saat bertemu anak muda. Ia mengaku, ini bukan kali pertama tetapi hampir setiap daerah yang dikunjunginya, selalu menyempatkan diri untuk berdiskusi dengan kalangan muda.
“Ternyata anak muda itu kreatif dan selalu ada hal yang baru. Ini menarik,” ucap Ganjar.
Ganjar menekankan, kalangan muda harus mendapat perhatian dari pemerintah. Termasuk di antaranya para difabel.
“Berilah ruang. Pemerintah harus hadir untuk anak muda. Misalnya tadi ada yang, maaf, disabilitas, mereka harus mendapat perhatian. Mulai sarana dan prasarana dan juga pendidikan,” pungkasnya.