(Di Balik Pementasan Kelas Akting Salihara 2023)
Kelas Akting Salihara 2023 memanggungkan tiga naskah di akhir tahun ini. Khusus tahun ini, terdapat hal yang luar biasa saat pementasan. Bahkan, “insiden” itu baru kali pertama terjadi sejak Kelas Akting Salihara dimulai sewindu lalu.
SETIAP tahun Kelas Akting Salihara memang menggarap tiga naskah untuk dipentaskan. Tahun ini tiga naskah yang terpilih adalah Dulu: Dongeng Rindu di Musim Hujan, Nifas, dan Bila Malam Bertambah Malam.
Dalam pementasan berjudul Nifas, terlihat bagaimana begitu dalamnya para pemain masuk ke karakter yang diperankan. Salah satunya, Fifira Maharani yang memerankan sosok ibu mertua yang tidak peduli terhadap anaknya yang sedang mengalami nifas hingga baby blues.
Baca Juga: Sajak: Cara Kerja Satelit
Ibu mertua yang diperankan Fifira itu terlihat begitu menjengkelkan. Manis di depan, tapi ternyata ada maunya. Penonton benar-benar tidak bisa menolak untuk jengkel terhadap ibu mertua. Apalagi, saat adegan ibu mertua meminta sertifikat rumah anaknya untuk digadaikan. Duh, gedeg jadinya.
Belum lagi karakter suami yang diperankan Natalius Chendana. Suami yang memang sebenarnya baik, tapi sulit mengambil keputusan. Yang akhirnya kebaikannya itu hanya menyisakan masalah untuk istrinya. Menonton pentas tersebut bakal mengungkit kembali memori-memori dalam keluarga yang memang baik buruknya pantaslah dikenang.
Baca Juga: Mengelola Musik Tradisi ala Korea
Pementasan Nifas itu tergolong mulus dan lancar. Kondisinya 180 derajat bila dibandingkan dengan pementasan Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya. Hendromasto menuturkan, ada ’’insiden’’ sutradara nyambi menjadi pemain. ”Ini baru terjadi kali ini di Salihara sejak 2015,” terang Hendromasto.
Sutradara ketiga pementasan Rukman Rosadi mengatakan, memang ’’insiden’’ tersebut terjadi di luar perkiraan. Salah seorang aktor ternyata mengalami masalah dalam mengingat teks naskah. Karakter si aktor menjadi kunci dalam hampir semua adegan. ”Tiga hari sebelum pentas, kita putuskan untuk diganti dan saya yang menggantinya,” jelas Rosadi.
Rosadi melanjutkan, keputusan merangkap sutradara sekaligus pemain itu diambil karena tidak ingin menyusahkan orang lain. ”Waktu mepet, pementasan tinggal tiga hari. Kalau diserahkan ke orang lain, tentu menyiksa. Hafalan segitu banyak. Ya sudah, lebih baik menyiksa diri sendiri saja. Saya yang main,” ujar Rosadi, lantas tertawa.
Baca Juga: Stunting Melalui Lensa Interseksional